BLITAR||KABARZINDO.com-Peternak ayam petelur atau layer di Blitar berharap pemerintah ke depan memikirkan nasib dan kesejahteraan peternak layer. Hal itu dikatakan Ketua Koperasi Peternak Unggas Sejahtera (Putera) Blitar Sukarman, Sabtu (3/2/2024).
Ia mengatakan, seharusnya pemerintah memperhatikan nasib para peternak kecil yang jumlahnya kian menyusut. Masuknya perusahaan peternakan ayam integrator bermodal besar membuat peternak rakyat sulit bersaing dan akhirnya kolaps.
“Terus terang saja, sepuluh tahun terakhir, itu kurang diperhatikan oleh pemerintah. Nah, ini terbukti bahwa 10 tahun terakhir itu banyak peternak mandiri yang kecil-kecil itu banyak gulung tikar, karena pabrik itu ikut budidaya,” jelas Sukarman.
Perusahaan peternakan integrator merujuk pada perusahaan besar yang menguasai industri perunggasan dari hulu sampai hilir. Misalnya DOC (Day Old Chick), pakan, vaksin, peternakan budidaya, pemotongan, hingga olahan.
Ia mengatakan, kementrian pertanian mengeluarkan peraturan Nomor 32 Tahun 2017 yang mengizinkan pihak integrator membudidayakan ayam petelur untuk memproduksi telur maksimal dua persen dari total populasi ternak. Namun, faktanya tidak ada yang mengawasi perusahaan untuk mematuhi aturan batas dua persen populasi ternak.
“Makanya, Pak Ganjar berani nggak mengeluarkan semacam inpres yang bunyinya budidaya unggas dikembalikan kepada rakyat. Nah kalau berani ya tentu kita akan memilih Pak Ganjar. Jadi intinya begitu, salah satu penyebab utama (kolapsnya peternak rakyat) yaitu, karena pabrik ikut budidaya itu,” jelasnya.
Selain itu, Sukarman juga berharap pemerintah ke depan juga memikirkan masalah kelangkaan jagung yang menjadi pakan utama ayam petelur. Pemerintah, lanjutnya, harus memikirkan solusi janga panjang atas kelangkaan jagung yang selalu terjadi setiap akhir tahun.
“Pemerintah harus memikirkan solusi jangka panjang. Artinya tidak dadakan ketika bulan September, November terjadi kelangkaan terus impor,” jelasnya.
Selain itu, harga jagung juga terus mengalami peningkatan, sehingga biaya produksi meningkat. Dikatakannya, harga jagung untuk pakan ternak saat ini mencapai Rp9.000 per kilogram (kg).
Padahal menurut harga acuan penjualan (HAP) di tingkat konsumen, untuk pengguna jagung sebagai pakan ternak di industri pakan ternak atau peternak di harga Rp5.000 per kg.
“Nah ini tugasnya pemerintah, masa negara luasnya luar biasa ini, jagung tiap tahun mengalami masalah. Ini salah, menurut saya ada yang salah, kurang diuruslah masalah pertanian,” ujarnya.
Dia menambahkan, dengan tingginya harga jagung yang mencapai Rp9.000 per kg, semakin banyak peternak kecil yang mengalami kerugian. Bahkan, dia khawatir dalam waktu dua bulan ke depan, banyak peternak ayam petelur yang akan gulung tikar.
“Rugi banyak ini, rugi pol, jadi banyak ruginya. Makanya ini kalau dibiarkan, dua bulan lagi banyak yang gulung tikar. Ini kesempatan kesempatan Pak Ganjar, untuk rawuh ke Blitar, nanti kita diskusi bareng untuk mencari solusi masalah yang dialami peternak ayam petelur,” imbuhnya.
Sukarman berharap, jika terpilih menjadi presiden, Ganjar Pranowo bisa mengembalikan seluruh budidaya ayam petelur kepada rakyat. Dengan demikian, para peternak ayam di seluruh Indonesia sejahtera.
Reporter:red