SIDOARJO||KABARZINDO.com-Embun pagi masih membasahi pucuk-pucuk padi yang mulai tumbuh di hamparan sawah Dusun Pendem, Desa Plaosan, Kecamatan Wonoayu, Kabupaten Sidoarjo. Tepat pukul 10.00 WIB, Kamis (29/5), suasana sawah tampak lebih hidup dari biasanya. Di tengah geliat para petani yang sibuk menyiapkan benih, tampak sosok Serka Henki Hendra, Babinsa Koramil 0816/13 Wonoayu, menyatu bersama mereka. Bukan sekadar hadir, namun turut bekerja bahu-membahu, menyemai harapan untuk kemandirian pangan daerah.
Kehadiran Babinsa bukan hanya simbol dukungan TNI AD terhadap sektor pertanian, melainkan bagian dari gerakan nyata mewujudkan ketahanan pangan dari tingkat akar rumput. Program ini menyasar lahan seluas ± 25 hektar yang dikelola oleh kelompok tani setempat, dengan varietas unggulan yang dipilih—benih padi Ciherang—dikenal dengan produktivitas tinggi dan ketahanan yang baik terhadap hama serta penyakit.
Proses penyemaian benih diawali dengan seleksi ketat. Setiap butir benih Ciherang disortir secara manual untuk memastikan terbebas dari kotoran, hama, dan gejala penyakit. Hanya benih dengan tingkat daya kecambah minimal 90% yang digunakan.
Selanjutnya, benih direndam dalam larutan organik berbasis pupuk hayati selama 12 jam. Proses ini merangsang pembentukan akar yang kuat serta meningkatkan daya tahan tanaman terhadap penyakit sejak awal pertumbuhan.
Penyemaian dilakukan di bedengan seluas ± 0,5 hektar hingga bibit tumbuh mencapai tinggi ideal 15–20 cm. Dalam fase ini, Serka Henki turut memberikan pelatihan teknis kepada petani, termasuk pembuatan pupuk kandang cair dari limbah ternak dan penerapan metode Pengendalian Hama Terpadu (Integrated Pest Management/IPM) yang ramah lingkungan.
Tak hanya berbagi ilmu, Serka Henki juga hadir sebagai pendengar dan penyemangat. Bapak Poniman, Ketua Kelompok Tani, menuturkan dengan mata berbinar “Pendampingan dari Pak Henki membuat kami lebih percaya diri. Ilmu baru kami dapat, semangat baru pun tumbuh. Kini kami yakin panen akan lebih baik dari sebelumnya.”
Di sela kegiatan, diskusi ringan penuh keakraban terjadi. Para petani saling bertukar pengetahuan tradisional serta berdiskusi soal strategi menjaga kesuburan lahan secara berkelanjutan—semua berlangsung dalam nuansa gotong royong yang kental.
Menurut Serka Henki, target hasil panen yang ingin dicapai adalah 7–8 ton per hektar. Jika terealisasi, capaian ini tidak hanya menjawab kebutuhan pangan lokal, tetapi juga meningkatkan kesejahteraan para petani Desa Plaosan.
Program ini dirancang tidak berhenti pada panen pertama. Akan dilakukan Monitoring Rutin: Setiap dua minggu, Babinsa dan penyuluh pertanian melakukan pengecekan perkembangan tanaman. Pelatihan Pascapanen: Petani akan dibekali keterampilan pengolahan gabah, standar mutu beras, hingga strategi pemasaran beras kualitas premium. Evaluasi dan Penanaman Ulang: Hasil panen pertama menjadi dasar analisis untuk pemilihan varietas dan strategi musim tanam selanjutnya.
Model keberhasilan dari Plaosan direncanakan menjadi pilot project bagi wilayah binaan Koramil 0816/13 lainnya, dengan harapan desa-desa lain bisa meniru langkah yang telah terbukti efektif ini.
Inisiatif ini menunjukkan bahwa kemanunggalan TNI dan rakyat bukan sekadar slogan, melainkan realitas yang tumbuh di tengah sawah. Dengan tekad bersama dan semangat kolaboratif, Desa Plaosan melangkah pasti menuju cita-cita besar: swasembada pangan yang kuat, lestari, dan menyejahterakan.